Minggu, 25 November 2012

Berkat Media Sosial Dunia Arab Lebih Toleran


Penggunaan situs media sosial, seperti Twitter dan Facebook, telah membuat sudut pandang pengguna internet di dunia Arab lebih terbuka dan toleran. Sebuah studi baru-baru ini telah mengungkapkan hal itu. Inilah laporan terbaru tentang Sosial Media di Arab yang dirilis oleh Sekolah pemerintahan Dubai, meliputi delapan negara Arab (Bahrain, Arab Saudi, Mesir, Yordania, Lebanon, Oman, Kuwait dan Uni Emirat Arab).
Menurut laporan itu, 65 persen orang yang disurvei di Bahrain mengatakan mereka  lebih terbuka dalam menoleransi perbedaan sudut pandang sebagai hasil dari menggunakan media sosial.  Sedangkan di Yordania 59 persen, di Mesir dan Oman 58 persen, 52 persen di Kuwait, di Lebanon 49 persen dan di Arab Saudi dan di UAE 47 persen.
“Pada tingkat yang lebih pribadi, penggunaan media sosial tidak hanya dirasakan telah membawa perubahan dalam masyarakat, tetapi dalam pribadi masing-masing,” menurut laporan tersebut.
“Banyak klaim yang menyatakan bahwa penggunaan media sosial memungkinkan orang-orang untuk mengekspos kemampuannya mengeluarkan berbagai ide dan pendapat, hal ini menyebabkan mereka menjadi lebih terbuka dan toleran i.”
Dalam sebuah wawancara dengan Al Arabiya English, Fadi Salem, co-author studi dan direktur Pemerintahan dan Program Inovasi di Sekolah pemerintahan Dubai, mengatakan bahwa ketiadaan sosial, budaya dan kendala politik di dunia maya membuat orang tidak takut menyatakan pendapat mereka seperti yang mereka ingin lakukan di kehidupan nyata.
“Pada topik pemberdayaan perempuan responden pria dan wanita memberikan jawaban yang sama, “ kata Salem.
“Kuesioner kami menunjukkan bahwa pria dan wanita memiliki pandangan yang sama pada segala hal yang ada di media sosial,” katanya. Hal ini menunjukkan kemampuan media sosial untuk menyatukan sudut pandang dalam lingkungan yang bebas dari batas-batas sosial dan politik,” tambah Salem.
Racha Mourtada, co-author lainnya laporan tersebut, mengatakan toleransi sikap yang berbeda pada media sosial melebihi sikap mereka dalam kenyataan sehari-harinya.
“Kita telah melihat bahwa banyak dari aktivisme online dan kegiatan sosial dan kemasyarakatan selama dua tahun terakhir telah terwujud di kehidupan nyata, bahwa para aktivis online pada umumnya mencerminkan pada saat mereka “offline” juga,” tambahnya
“Secara umum, karena meluasnya peran media sosial dalam kehidupan banyak orang Arab ‘(khususnya kaum muda), tindakan dan sikap di media sosial cenderung mencerminkan dalam kehidupan nyatanya,” tambah Mourtada.
Dia tidak setuju dengan keyakinan umum yang dipegang banyak orang bahwa toleransi lebih meresap dalam media sosial daripada di dunia nyata. “Saya tidak selalu berpikir bahwa orang-orang lebih toleran pada media sosial daripada dalam kenyataan.”
Dalam seri laporan Media Sosial Arab sebelumnya mengatakan, kekhawatiran orang-orang dalam membahas isu-isu politik secara online adalah rasa takut dimintai pertanggungjawaban oleh pihak berwenang atas pendapat mereka,” menurut Mourtada.
“Topik kontroversial sangat beragam di seluruh wilayah, dari politik sampai ke masalah agama, tetapi ada yang menggembirakan untuk disimak, adalah diskusi kontroversial mengenai seputar gerakan pemberdayaan warga dan masyarakat, pergerakan sosial, dan hubungan antara pemerintah dan rakyat telah menjadi sesuatu yang umum di media sosial, “jelasnya.
Menurut Salem, media sosial dapat memperkuat sudut pandang tentang topik politik atau tentang agama yang tidak bisa ditoleransi dalam kehidupan nyata. “Pandangan ekstrim biasanya lebih kuat daripada pandangan moderat baik pada channel tradisional maupun media sosial,” katanya. [AAB/JI]
-Ayu-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar